Beranda » Khazanah Islam » Peristiwa-Peristiwa Penting Dalam Tahun Kedua Hijriah

Peristiwa-Peristiwa Penting Dalam Tahun Kedua Hijriah

Arsip

Kategori

Masukkan alamat surat elektronik Anda untuk mengikuti blog ini dan menerima pemberitahuan tentang pos baru melalui surat elektronik.

Bergabung dengan 1.228 pelanggan lain

Di Madinah Muslimin telah memiliki kekuatan dan kedaulatan, tapi walau begitu bukan berarti tanpa rongrongan perang al waddaterhadap berlangsungnya perkembangan agama Allah ini. Demikian pun dengan orang kafir Quraisy, mereka khawatir Islam akan masuk ke daerahnya lagi.

Demi melanggengkan eksistensi dakwah, Allah menurunkan firman-Nya (QS. Al-Hajj : 39-41), yaitu mengizinkan Muslimin untuk melakukan perlawanan dan penyerangan terhadap kaum yang meghalangi kelangsungan hidup beragama, yang sebelumya saat di Mekkah hal tersebut belum diperblehkan. (lihat artikel Izin Perang)

Perang Waddan atau Perang Abwa’

Setelah 12 bulan kedatangan Rasulullah dan para sahabat di Madinah, tepatnya bulan Shafar 2 H, Nabi Muhammad saw mengepalai rombongan pergi ke Gunung Waddan. Gunung tersebut berjarak antara 6 – 8 mil dari desa Abwa, oleh karena itu ada yang mengatakan Rasul pergi ke Abwa atau Waddan, karena lokasi kedua tempat tersebut sangat berdekatan. Tempat itu letaknya berada antara Madinah dan Mekkah.

Selama beliau pergi, tampuk pimpinan di Madinah diserahkan pada Sa’ad bin Ubadah.

Tujuan kepergian Rasulullah adalah untuk penolakan kafilah dagang kafir Quraisy yang senantiasa melewati wilayah sekitar Madinah dalam perjalanan perdagangannya ke negeri Syam.

Wajar saja Rasulullah dan para sahabatnya melakukan hal demikian, karena orang kafir Quraisy telah lama menghalang-halangi tegaknya syiar Allah, mendzalimi orang yang hendak beribadah dan juga mengusir para pengikut agama Allah dari kampung halamannya tanpa diberi kesempatan oleh mereka untuk membawa harta dan sanak saudara yang dicintainya.

Rasul dan para sahabatnya sudah paham konsekuensi logis atas penolakan tersebut, tentunya akan membuat murka orang Quraisy Mekkah. Oleh karena itu perlengkapan perang telah beliau  persiapkan dari Madinah untuk mengantisipasi hal-hal buruk yang sangat mungkin terjadi.

Sayangnya rombongan Rasul tidak sampai bertemu dengan rombongannya kafir Quraisy Mekkah di Waddan, sehingga tujuan Rasul saat itu tidak tercapai. Tapi walau bagaimanapun ahli sejarah tetap menamai peristiwa tersebut sebagai suatu periswa peperangan. Perang yang pertama kalinya dipimpin oleh Rasulullah langsung.

Walaupun tujuan utamanya tidak tercapai, kepergian Rasulullah kala itu berbuah hasil, yaitu beliau berhasil melakukan perjanjian perdamaian dengan kaum Arab dari Bani Dhamrah. Perjanjian dilakukan antara Rasulullah sendiri dengan pimpinan langsung mereka, yaitu Majdi bin Amr Adh-Dhumairi.

Perang Buwath (Radwa)

Tidak begitu lama sesampainya di Madinah, sepulang dari Waddan, Nabi saw mendapat informasi lagi bahwa kafilah dagangnya Quraisy Mekkah akan melewati kembali wilayah sekitar Madinah. Rasul dan para sahabatnya tidak menyia-nyiakan kesempatan ini. Rabi’ul Awal 2 H Rasul pergi beserta rombongan sahabatnya, untuk melakukan aksi penolakan pelewatan wilayah sekitar Madinah yang akan dilewati kafilah dagangnya Quraisy Mekkah.

Kali ini pencegatan untuk penolakan akan dilakukan di Gunung Buwath pinggiran kota Radwa. Sementara tampuk pimpinan di Madinah untuk sementara diserahkan dulu ke sahabat As-Sa’ib bin Utsman bin Mazh’un r.a.

Tapi ternyata, upaya Rasul dan para sahabatnya kali ini pun masih belum mendatangkan hasil. Rombongan dagang Quraisy Mekkah telah terlebih dahulu melewati Buwath, sehingga tidak sampai bertemu dengan rombongannya Rasulullah saw.

Perang Al-Usyairah

Untuk yang ketiga kalinya, kembali Rasulullah mendapat berita, bahwa akan segera diberangkatkan kafilah dagang Quraisy Mekkah yang akan melakukan perdagangan ke negeri Syam.

Kali ini, yaitu pada bulan Jumadil Awal 2 H, Rasulullah saw dan rombogannya akan melakukan pencegatannya di desa Usyairah, yang lokasinya masih berdekatan dengan Gunung Buwath.

Tampuk pimpinan sementara di Madinah saat beliau pergi diserahkan pada Abu Salamah bin Abdul Asad.

Sayangnya lagi, upaya Rasul dan para sahabatnya kali ini pun masih belum berhasil, rombongan kafir Quraisy lagi-lagi telah lebih dahulu melewati wilayah tersebut, sehingga tidak sampai berpapasan dengan rombangannya Rasul.

Walau tujuan utamanya masih belum tercapai, tapi kepergian Rasul saat itu masih tetap berbuah manis, yaitu Rasul telah berhasil melakukan perjanjian perdamaian dengan Bani Mudlij dari Kinanah.

Perang Badar Pertama atau Perang Safwan

Beberapa hari sepulang Nabi dan rombongan dari Usyairah, beliau mendapat kabar bahwa telah terjadi perusakan tanaman dan perampasan buah-buahan kepunyaan penduduk Madinah, yang dilakukan oleh Kurz bin Jabir Al-Fihri dipinggiran kota Madinah.

Segera Rasul menyiapkan pasukannya dan perlengkapan, untuk mengejar pelaku perusakan. Pengejaran ini dilakukan pada bulan Jumadil Akhir 2 H. Pengejaran dilakukan  sampai Badar dekat sebuah jurang yang bernama Safwan.

Badar adalah merupakan nama tempat yang berada antara Mekkah dan Madinah, yang lebih dekat ke Madinah dibanding ke Mekkah. Lalu di Badar itulah Kurz terkejar, sehingga terjadilah kontak fisik yang pertama antara rombongan Rasulullah dengan Kurz bin Jabir di Badar ini. Ahli sejarah ada yang mengatakan kotak senjata ini dengan sebutan Perang Badar Pertama atau Perang Safwan.


Tinggalkan komentar